*PERNYATAAN SIKAP* _Mengutuk Keras Tindakan Represif Ormas BPPKB Terhadap Aksi Mahasiswa_.


Pesta itu belum usai. Gemerlap HUT Tangerang masih terasa. Bahkan gemanya sampai peloksok desa. Sebuah Pesta besar. Hajat tahunan penguasa Tangerang. Tidak ada duanya. Sangat memukau. 

Tidak banyak yang menyoal. Perjalanan panjang kekuasaan Tangerang. Hanya sedikit. Sangat sedikit. Suaranya pun parau. Tidak lantang.Tapi masih tetap ada. Bergerak mewakili suara rakyat kecil. 

Siang itu. Tiga kelompok mahasiswa berorasi. Di lokasi berbeda. Menyampaikan kritik soal  pembangunan. Juga menyuarakan beberapa tuntutan. Sebagai _agent of social control_ mereka memilih jalan terjal: turun ke jalan.

Mahasiswa memandang, Tangerang sedang tidak baik-baik saja. Banyak catatan yang perlu tersampaikan. Itulah mengapa pilihan aksi dilakukan. Sebuah keputusan bukan tanpa resiko. Demi rakyat, kaum terdidik itu rela bergerak.

Sesungguhnya mereka paham, pasti tidak mudah. Selalu ada rintangan. Padahal negeri ini sudah merdeka, lama sekali. Untuk aksi di Tangerang, butuh keberanian tingkat dewa. Selalu ada kendala. Dari dulu. Atau setidaknya 4 tahun terakhir.

Betul saja. Hari itu, saat HIMATA, PMII, dan Forum Mahasiswa Tangerang Bersatu menyuarakan tuntutan. Tiba-tiba sekelompok orang menghadang. Mendatangi dan merampas alat agitasi aksi. Begitu beringas. Kelihatannya.

Sebagian berseragam. Sebagiannya lagi tidak. Nampak jelas tulisan dalam baju itu: BPPKB. Bahkan sang ketua Ormas tersebut turut serta. Begitu gagah. Padahal mereka bukan penegak hukum atau aparat.

Kebebasan berpendapat dijamin dalam undang-undang. Anti itu berarti melanggar undang-undang. Tidak boleh ada yang menghalangi, apalagi organisasi kemasyarakatan. Apapun alasannya. Atas dasar perintah kekuasaan atau inisiatif sendiri.

Tangerang butuh suara lantang. Tidak perlu dibungkam. Karena kebenaran harus disuarakan. Tidak boleh alergi aksi. Karena ini negeri demokrasi. Segala upaya pembungkaman akan sia-sia. Percayalah. Karena rakyat bukan orang dungu.

Kami, sebagai warga Tangerang, mengutuk keras tindakan represif yang dilakukan oknum Ormas. Semua segala tindakan pembodohan, tidak boleh terjadi. Ini negara hukum, tindakan inkonstitusional tidak boleh berkembang. Suara lantang terhadap pemerintah tidak mesti dibubarkan. 

Kasihan sekali. Anak-anak mahasiswa itu, harus berjuang sendirian. Mendapat tekanan. Juga cibiran, dari dan oleh orang-orang dekat kekuasaan. Malang sekali kalian. Terpinggirkan karena kebenaran. Tapi percayalah, Tuhan tidak tidur. Teruslah berjuang. Suarakan kebenaran.

Tangerang, 29 Desember 2019

*ALIANSI MASYARAKAT PEDULI TANGERANG*

Comments

Popular posts from this blog

PROBLEMATIKA MAKNA JIHAD DALAM KERANGKA PENDIDIKAN DAN AJARAN ISLAM

Pelantikan Pengurus Komisariat PMII Islamic Village

Mahasiswa Tangerang, Mahasiswa Kampus Taman Bunga